Matahari Store

1708394276-LRfc-O7c27enw9yl-XLKYX3y-DNIV6-CP4-Oj
Tampilkan postingan dengan label Kesenian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesenian. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Januari 2025

Kesenian Toraja Gau' Tendengan atau Gau Pa'Tendengan

Kesenian Toraja bersumber atau berdasarkan dari falsafah hidup dan kehidupan masyarakat Toraja yang keseluruhannya nampak dalam kehidupan Aluk Todolo sebagai tempat berpijaknya seluruh kebudayaan Toraja. Masing-masing kesenian tersebut mempunyai fungsi, waktu dan tempat pemakaian tertentu yang tidak boleh dicampur adukkan terutama yang menyangkut kesenian pemujaan, kedukaan dan kesenian kegembiraan. Kesenian Toraja dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :

Seni Tari (Gellu’- gellu’)

  1. a. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tanda kegembiraan (perkawinan, menyambut tamu terhormat dan lain-lain), yaitu : Tari Pa’ Gellu’, Tari Pa’ Bone Balla’, Tari Pa’ Lambu’ Pare, dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tari pemujaan atau penyembahan, yaitu : Tari Pangnganta’, Tari Bondesan, Tari Burake dan lain-lain.
    c. Untuk upacara Rambu Solo’ sebagai tarian untuk mengenang / memperingati seseorang yang telah meninggal dunia karena keberaniannya dan keagungannya semasa hidupnya, yaitu : Tarian Ma’ Randing (Tarian Perang).
  2. Seni Suara / Musik (Pa’ Kayoyoan atau Passuling-suling)
    a. Untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Pa’ Geso’-geso’, Pa’ Oni-oni, Pa’Tulali, Pa’ Karombi dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Solo’, yaitu : Massuling Marakka, Ma’ Dondi’, Memanna’ dan lain-lain.
  3. Seni Tari Paduan Lagu dan Suruling (Gellu’- gellu’ di Gamarai atau Gellu’- gellu’ di Sulinggi).
    a. Untuk upacara Rambu Tuka’ dengan tujuan sebagai pemujaan dan penyembahan, yaitu : Tari Manimbong, Tari Ma’ Dandan, Tari Ma’ Bassen-bassen, Tari Ma’ Bugi’ dan lain-lain.
    b. Untuk upacara Rambu Solo’ dengan tujuan mengenang yang meninggal yang berisi doa, yaitu : Tari Pa’ Badong, Tari Ma’ Katia dan lain-lain
  4. Seni Hias atau Dekorasi (Pa’ Belo-belo)
    Masyarakat Toraja mempunyai bentuk tersendiri dalam seni hias (dekorasi) disesuaikan dengan fungsinya dan falsafah serta keyakinan hidup masyarakat Toraja. Penggunaan penempatan / pemakaian bahan tidak dilakukan dengan sembarang karena setiap bahan yang digunakan mempunyai arti yang tersendiri.
    Bahan-bahan yang sering digunakan adalah :
    a. Barang-barang pusaka dan perhisaan Toraja
    b. Tenunan-tenunan pusaka yang dianggap keramat dan bertuah
    c. Kain-kain yang berwarna tajam, yang disesuaikan dengan warna dan tempat pemakaian seperti warna merah dan putih dapat dipergunakan dimana saja, warna kuning untuk upacara Rambu Tuka’ dan warna hitam untuk upacara Rambu Solo’.
    d. Rautan-rautan bambu yang berbentuk lidi berbelit-belit yang disebut Pangarru’-arru’.
    e. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai arti tersendiri menurut Aluk Todolo, yaitu:
    - Pusuk (daun ijuk / kelapa mudah)
    - Tabang (daun semacam palem yang merah daunnya) dianggap mempunyai nilai magis
    - Belo Bubun (semacam palem yang berwarna kuning hijau).
    - Kambunni’ (sejenis tanamam perdu yang terdapat digunung-gunung)
  5. Seni Sastra (Tantanan Kada/Kada-kada Tominaa)
    Dalam seni sastra Toraja agak berbeda dengan daerah lain di tanah air, hal tersebut nyata pada gaya yang terselip alam pengungkapannya menggunakan gaya bahasa Paralelisme dan Sinonisme sehingga dua kalimat yang diungkapkan tersebut hanya mempunyai satu arti dan hubungan pengungkapan itu sangat serasi (enak didengar). Juga dalam pengungkapanya berbentuk prosa dengan menggunakan gaya bahasa Allegoris yaitu mempergunakan bahasa Toraja tinggi. Penggunaan seni sastra tersebut pada upacara Rambu Tuka’ maupun Rambu Solo’. Dalam masyarakat Toraja dikenal beberapa sastrawan dalam beberapa tingkatan, yaitu : Tomina Bakaa atau Gora Tongkon (sastrawan yang didaktis), Tomina Burake (ahli sastra religius), Tomina Sanda (ahli sastra yang religius dan estetis), Rangga Kada (ahli membuat alasan dan kata-kata yang menarik).
    Beberapa ungkapan sastra Toraja menurut arti dan tujuannya, yaitu : 
    a. Puisi atau syair yang terdiri dari 2 atau 3 bait yang jumlah tiap bait tidak tentu jumlahnya yaitu :Londe Tomangngura (Pantun orang muda), Ponto Bannang (Pepatah), Passimba (Sindiran), Karume (Teka-teki) dan lain-lain.
    b. Prosa Lirik untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Ma’ Gellong (mantra dan doa) dibawakan oleh Panggala Gelong, Mangngimbo, mantra dan doa dalam pemujaan atau penyembahan yang dibawakan oleh Tominaa atau To Indo’ Padang, Massonde, pujian untuk menyukuri kebesaran dan kemuliaan Tuhan juga untuk menghibur orang sakit, Ma’ Ulelle’, isinya mengandung nasihat
    c. Prosa Lirik pada upacara Rambu Solo’, yaitu : Ma’ Kakarung, Sumengo, Ma’ Retteng, Mangimbo, Umbating dan lain-lain.
  6. Seni Pahat (Pa’ Paa’), Seni Anyam (Panganan), Seni Tenun (Pa’ Tannun), Seni Tempa (Pa’ Tampa)
  7. Seni Bangunan (Manarangngi)
    Seni Bangunan bagi orang Toraja disebut Manaranggi sedang ahli bagunan disebut Tomanarang (To = orang, Manarang = pintar)
  8. Seni Ukir (Passura')

Sabtu, 18 Januari 2025

Mengenal Lebih Jauh Rambu Tuka Suku Toraja

Rambu Tuka’ adalah kata dalam Bahasa  Toraja yang secara harafiah berarti asap yang naik atau arahnya ke atas, artinya asap persembahan itu naik ke langit sebelum matahari mencapai zenit. Rambu Tuka’ sering juga disebut aluk rampe matallo, ritus-ritus di sebelah timur. Persembahan-persembahan tersebut dialamatkan kepada para dewa dan kepada para leluhur yang sudah menjadi dewa, yang sekarang dipercaya mendiami langit sebelah timur laut.Ritus-ritus dalam rambu tuka' dimaknai sebagai sebuah bentuk permohonan untuk mendapatkan berkat dan segala kebutuhan hidup di dunia ini.Beberapa ritus yang termasuk ke dalam Rambu Tuka' adalah Ma' Bua’MerokMangrara Banua, dan Rampanan Kapa’.

Upacara aluk rambu tuka' adalah upacara adat yang berhubungan dengan acara syukuran, di dalam upacara ini tidak ada kesedihan, yang ada hanya kegembiraan. Misalnya acara Pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat /tongkonan yang baru atau yang selesai direnovasi dan menghadirkanse mua rumpun keluarga.



Tarian To Ma'Dandan Suku Toraja

Tari To Ma'Dandan adalah tarian yang ditarikan oleh para wanita yang berpakaian adat, dimana dari masing-masing penari memegang tongkat dan melantunkan syair-syair khusus dari tarian tersebut, mereka bergerak lemah lunglai menggoyangkan tongkat mengikuti irama tari dan nyanyian.

Ma'Dandan ini ditarikan pada upacara adat Rambu Tuka untuk pesta panen atau pesta syukuran lainnya.



Mengenal Tari Pa'gellu, Kesenian Tari Khas dari Toraja

 

Tari Pa'gellu merupakan tari sukacita yang biasa dipentaskan pada upacara adat di desa wisata Buntudatu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan dengan sifat riang gembira

Tarian Ma'gellu atau Pa'gellu adalah tarian tradisional masyarakat Suku Toraja di Sulawesi Selatan yang menggambarkan sukacita dan syukurTarian ini biasanya ditampilkan pada upacara adat seperti pernikahan, syukuran, dan peresmian rumah adat.

Ciri khas tarian Ma'gellu adalah: Gerakan kaki yang jinjit, Gerakan tangan yang patah-patah atau lembut gemulai, Keunikan busana tari, Iringan gendang dan seruling.

Properti yang digunakan dalam tarian Ma'gellu di antaranya: Keris emas (sarapang bulawan), Kandaure, Sa'pi' ulu, Tali tarrung

Filosofi gerakan tarian Ma'gellu adalah untuk tidak melupakan jasa orang baik dan menghormati pendahulu.


Mengenal Tari Manimbong, Tarian Syukuran Suku Toraja

 


Tari Manimbong adalah tarian tradisional dari suku Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ini hanya ditampilkan pada upacara adat Rambu Tuka' atau upacara adat syukuran oleh masyarakat Toraja.

Tari Manimbong ini biasa dipertunjukkan di acara adat seperti pernikahan atau peresmian rumah adat (Tongkonan) yang baru atau yang selesai direnovasi.

Tarian ini juga dianggap sebagai suatu ibadah oleh masyarakat suku Toraja. Hal tersebut karena menurut kepercayaan suku Toraja, tarian ini merupakan doa-doa pengucap syukur.

Dalam pementasannya, Tari Manimbong dilakukan oleh 20 hingga 30 orang yang semuanya merupakan penari pria. Tarian dilakukan saling beriringan dengan Tari Ma'dandan yang merupakan bentuk tarian pemuja dan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh kaum wanita suku Toraja.

Gerakan Tari Manimbong
Melansir jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Universitas Negeri Semarang yang berjudul "Eksistensi Tari Manimbong dalam Upacara Rambu Tuka' Masyarakat Toraja", tarian Manimbong dilakukan dengan cara para penari masuk dan berbaris sambil berjalan mengelilingi pelataran Tongkonan. Kemudian mengatur posisi di tengah-tengah pelataran
Proses memasuki pelataran Tongkonan diawali oleh para penari Ma'dandan yang berjalan sambil menghentakkan tongkat mereka ke tanah. Kemudian disusul oleh para penari Manimbong sambil membunyikan simbong atau okkoh-okkoh.

Setelah berkeliling para penari langsung berjejer di tengah-tengah pelataran Tongkonan. Penari wanita dan pria saling bertukaran tempat ke depan dan belakang, berdiri dan berlutut, dengan gertakan kaki yang seirama.

Tari Manimbong memiliki delapan kategori gerakan, yaitu Pa' Tambolang, Pa' Male'-Male', Pa' Letten Lemo, Pa' Tulali, Umbalalan, Talao Sau Tenden, Pa' Ruttu Ue, dan gerakan Pa' Bukka.

Tari Manimbong ini dapat ditampilkan dengan durasi waktu 7 hingga 10 menit, tergantung variasi gerakan yang dibawakan saat pementasan.

Keunikan Tari Manimbong
Secara umum, Tari Manimbong tidak diiringi alat musik melodis tradisional seperti geso'-geso' atau pelle' maupun alat musik lainnya.


Namun, saat mementaskan tarian ini, setiap orang akan membawa sebuah alat musik yang disebut sarong simbong. Alat musik tersebut seperti tameng kecil yang berbentuk lingkaran bermotif ukiran Toraja yang terdapat hiasan tali yang menjuntai (ikko'na) dan juga koin yang diikatkan sehingga saat menari alat tersebut akan menghasilkan bunyi ketukan bagi para pemain.

Selain menggunakan alat tersebut untuk menghasilkan bunyi, para penari juga akan menyanyi syair khusus yang memiliki makna rasa syukur. Syair yang dinyanyikan kebanyakan huruf vocal seperti, "Aaaa.." "Eeee..." "Oooo...".

alam tarian ini, penari menggunakan kostum Bayu Pokko', Seppa Tallu Buku, dan selempang kain tua (mawa'). Setiap penari menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung bawan atau bulu ayam yang indah.

Selain kostum tersebut, penari juga menggunakan parang kuno (la'bo' pinai) dan sejenis tameng kecil yang berbentuk lingkaran dengan motif ukiran khas Toraja.

Eksistensi Tari Manimbong
Tari manimbong saat ini sangat cukup sebagai tarian tradisional, hal Ini dilihat dari aturan hukum dan adat Toraja yang mengatakan bahwa tarian ini tidak boleh dipentaskan sembarangan.

Akan tetapi, Tari Manimbong kurang dikenal oleh masyarakat diluar Toraja, sebab kebanyakan pelaksanaan upacara Rambu Tuka' dilaksanaan tidak saat hari libur. Seperti kisaran bulan Juni, Juli, atau Desember.

Sehingga Tari Manimbong ini kurang pengakuan oleh masyarakat luar Toraja bahkan masyarakat Toraja sendiri


Sisemba, Tradisi Unik Adu Kaki Masyarakat Toraja Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Sisemba adalah tradisi masyarakat suku Toraja yang telah diwariskan turun temuruan sebagai bentuk rasa syukur dari hasil panen yang telah dihasilkan.Tradisi ini digelar dengan tari Ma’gallu, serta Ma’ lambuk atau menumbuk padi secara beramai-ramai. Para tetua adat akan memberi wejangan yang berisi pesan leluhur tentang aturan bertani. Warga yang memadati lokasi pesta panen disuguhkan tarian Ma’gallu. 

Tarian ini memiliki makna sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan atas hasil panen yang dihasilkan. sesuai namanya sisemba yang berarti adu kaki, para pria yang yang berusia 15 tahun keatas melakukan tradisi ini secara berkelompok.

Jumat, 17 Januari 2025

Manganda`Tarian ritual pemujaan agama lokal Toraja yang di sebut Aluk Todolo

Tarian Manganda’ adalah salah satu tarian yang dilestarikan di Toraja yang juga merupan tarian ritual pemujaan agama lokal Toraja yang di sebut Aluk Todolo ( Alto).

Tarian manganda’ biasa dilakukan oleh kalangan pria dengan hiasan kepala dari tanduk kerbau asli, dan di hiasi logam tua serta menggunakan semacam bel yang berdering- dering dan di iringi dengan teriakan (kumalasi).

Sumber: berbagai web di google.

Ma’badong Suatu tarian gerak tari upacara asal dari Toraja

Ma’badong satu tarian gerak tari upacara asal dari Toraja Tarian Ma’badong ini diadakan pada upacara kematian atau pada acara rambu solok yang dilakukan bersama bsecara berkelompok. Para penari (pa’badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dengan saling mengaitkan jari kelingking dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam. Ma’badong bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah kegiatan melagukan badong dengan gerak tari khas.Syair yang dilagukan disebut kadong-badong (the chant for the deceased).Isi dari syair tersebut tidak lain adalah pengagungan terhadap si mati.Di dalamnya diceritakan asal-usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya, serta semua hal menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.Selain itu, di dalamnya juga mengandung harapan atau doa bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orang yang masih hidup.

Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking yang diayunkan sesuai irama badong yang diucapkan kadang lambat kadang cepat sesuai perasaan syair yang dibawakan.Penari juga melangkahkan kaki ke depan dan ke samping sesuai irama gerakan tangan. . Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa’badong melantunkan syair (Kadong Badong) riwayat hidup, sejak lahir sampai wafat dari orang yang meninggal dunia. Tarian Ma’badong ini kadang menelan waktu berjam-jam, malah berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung-menyambung di pelataran tempat upacara berduka.

Badong juga adalah merupakan warisan aluk todolo yang adalah agama nenek moyang orang toraja.


Kesenian Toraja Gau' Tendengan atau Gau Pa'Tendengan

Kesenian Toraja bersumber atau berdasarkan dari falsafah hidup dan kehidupan masyarakat Toraja yang keseluruhannya nampak dalam kehidupan A...